“Menghindari
Penggemukan Sapi yang Berlebih-lebihan/Kekurusan”
PENDAHULUAN
Sapi ternak adalah hewan ternak anggota
familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya
sebagai bahan pangan. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya
juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai untuk
membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak.
Kesehatan ternak
merupakan kunci penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Motto klasik tetap berlaku sampai saat ini, yaitu pencegahan lebih baik
daripada pengobatan, sehingga tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi dan
pelaksanaan biosekuritas di lingkungan peternakan secara konsisten harus
dilaksanakan.
Arti “ sehat “ bagi ternak adalah suatu
kondisi dimana di dalam tubuh ternak berlangsung proses-proses normal, baik
proses fisis, kimiawi , biokimiawi dan fisiologis yang normal. Sebaliknya “
sakit ” adalah kondisi ternak yang sebaliknya.
Seringkali pengobatan terhadap suatu
penyakit tidak membuahkan hasil, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain harus dimengerti bahwa tidak semua penyakit dapat diobati, seperti
penyakit virus. Penyakit-penyakit non infeksius harus diatasi dengan
memperbaiki tatalaksana budidaya yang baik dan benar. Berdasarkan pemikiran
tersebut sangat perlu untuk diketahui adanya faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penyakit pada ternak, sehingga dapat dilakukan metode
penanggulangan penyakit yang efisien dan efektif.
Timbulnya penyakit pada ternak merupakan
proses yang berjalan secara dinamis dan merupakan hasil interaksi tiga faktor,
yaitu ternak, agen penyakit (pathogen)
dan lingkungan. Lingkungan memegang peran yang sangat penting
dalam menentukan pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak
dengan agen penyakit.
Interaksi ketiga faktor yang normal dan
seimbang sebagaimana akan menghasilkan ternak yang sehat dan tidak ada wabah
penyakit.
Keseimbangan ketiga faktor di
atas tidak selalu stabil, pada keadaan tertentu akan berubah. Jika hal ini
terjadi maka ternak yang dipelihara akan sakit dan menunjukkan tampilan (performance)
yang tidak memuaskan.
Terdapat beberapa kondisi yang mampu menciptakan
perubahan keseimbangan ketiga faktor tersebut. Kondisi-kondisi tersebut antara
lain adalah (1) perubahan-perubahan yang terjadi pada ternak, misalnya
penurunan kondisi tubuh yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
: kualitas dan kuantitas zat-zat gizi dalam pakan yang kurang, faktor-faktor
yang mampu menekan timbulnya kekebalan (immunosupressif) dalam tubuh
ternak, sehingga akan terjadi kegagalan dalam program vaksinasi. Di lain pihak
terjadi peningkatan tantangan terhadap ternak oleh mikroorganisme yang hidup
dan berkembang di sekeliling ternak akibat sistim biosekuritas yang tidak
konsisten, waktu istirahat kandang yang minim, kegagalan program vaksinasi dan
pengobatan (2) terjadi perubahan hanya pada aspek lingkungan, sedangkan kondisi
hewan ternak dan mikroorganisme tidak berubah. Perubahan lingkungan ini mungkin
disebabkan oleh perubahan iklim, perubahan suhu dan kelembaban lingkungan yang
ekstrim, ketinggian tempat, kesalahan menejemen, seperti : kepadatan kandang
yang tinggi, ventilasi yang jelek, intensitas cahaya yang terlalu tinggi,
kegaduhan suara dan tingginya tingkat polusi. Kondidi-kondisi lingkungan
demikian akan berdampak negatif bagi ternak yang berakibat penurunan kondisi
tubuh ternak, sebaliknya menguntungkan bagi mikroorganisme untuk berkembang
biak, baik jumlah maupun jenisnya.
Tiga aspek usaha penting harus dilakukan
guna mencegah wabah penyakit di lingkungan peternakan, yaitu (1) usaha-usaha
mengurangi jenis dan jumlah mikroorganisme, terutama yang patogen di sekeliling
ternak yang dipelihara (aspek mikroorganisme) (2) usaha-usaha
mencegah terjadinya kontak antara ternak yang dipelihara dengan mikroorganisme
patogen (aspek lingkungan) dan (3) usaha-usaha meningkatkan
daya kebal tubuh ternak yang dipelihara (aspek ternak).
1. Sebagai Tenaga kerja.
Penggunaan tenaga sapi sebagai sapi pekerja banyak
terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Sapi tersebut di berdayagunakan untuk
membajak ladang dan sawah atau menarik roda pedati
2. Sebagai Supplier Pupuk kandang.
Pupuk kandang merupakan hasil sampingan dari usaha
ternak sapi. Pada umumnya satu ekor jual sapi dewasa menghasilkan 7500 kilogram kotoran per 12
bulan atau sebanding dengan 5000 kilogram pupuk kandang siap pakai
3. Menentukan status sosial masyarakat.
Jumlah Sapi yang dimiliki masyarakat dijadikan acuan
dalam menentukan status sosial. Hal ini terjadi dikarenakan harga jual sapi
yang tinggi. Beberapa daerah di Indonesia yang masih menganut kebiasaan ini
contohnya: Nusa Tenggara dan pulau Madura
4. Supplier industri tanduk, tulang, kulit, serta darah sapi yang dihasilkan proses pemotongan sebagai sumber bahan baku industri yang dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
4. Supplier industri tanduk, tulang, kulit, serta darah sapi yang dihasilkan proses pemotongan sebagai sumber bahan baku industri yang dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
Hasil produk kulit sapi olahan contohnya ikat
pinggang, tas, jaket, serta sepatu kulit jual sapi yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Olahan tanduk sapi juga bisa menjadi beragam barang kerajinan dan
juga sebagai bahan baku pembuatan lem. Olahan tulang serta darah sapi dapat
menjadi pakan ikan, (tepung tulang dan tepung darah)
5. Perlombaaan Karapan Sapi merupakan atraksi wisata
di Madura yang terkenal, dan melibatkan sapi sebagai objeknya.
Begitu juga animo sapi masyarakat di beberapa daerah
pusat peternakan sapi seperti Malang, Jawa Timur dan Lembang, Jawa Barat,
pariwisata pendidikan peternakan sapi sudah mulai berkembang. Jenis
wisata sapi ini merupakan nilai tambah yang baru bagi peternak sapi sebagai
tambahan pendapatan.
6.
Nilai ekonomis sapi yang terutama adalah sebagai ternak sapi potong.
Sapi akan menjadi penghasil daging potong. Jika sapi yang bekerja sebagai pembajak sawah tidak produktif lagi akan berubah fungsi menjadi ternak potong. Pada umumnya, daging dari sapi pembajak sawah ini kurang berkualitas. akan tetapi, beberapa jenis sapi tertentu yang khusus dipelihara dan digemukkan dikarenakan karakteristik yang dimiliki penjualan sapi potong tersebut, contoh karakteristik ternak sapi yang baik untuk jual sapi potong adalah tingkat pertumbuhan jual sapi cepat dan kualitas daging sapi yang baik. Ternak Sapi inilah yang dapat digunakan sebagai sapi bakalan selanjutnya dipelihara secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh berat badan jual sapi yang ideal untuk dipotong.
Sapi akan menjadi penghasil daging potong. Jika sapi yang bekerja sebagai pembajak sawah tidak produktif lagi akan berubah fungsi menjadi ternak potong. Pada umumnya, daging dari sapi pembajak sawah ini kurang berkualitas. akan tetapi, beberapa jenis sapi tertentu yang khusus dipelihara dan digemukkan dikarenakan karakteristik yang dimiliki penjualan sapi potong tersebut, contoh karakteristik ternak sapi yang baik untuk jual sapi potong adalah tingkat pertumbuhan jual sapi cepat dan kualitas daging sapi yang baik. Ternak Sapi inilah yang dapat digunakan sebagai sapi bakalan selanjutnya dipelihara secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh berat badan jual sapi yang ideal untuk dipotong.
PENGGEMUKAN ATAU KEKURUSAN
Mengapa
kita perlu menghindari sapi agar tidak mengalami penggemukan yang berlebih-lebihan/kekurusan
?
Jawabannya
adalah Jika
sapi terlalu gemuk atau kurus mengakibatkan masalah metabolisme tinggi,
rendahnya produksi susu, rendahnya angka konsepsi ( CR ), dan dystokia.
( http://www.myvetmed.info/)
Selain
itu, sapi yang mengalami kegemukan yang berlebih-lebihan tidak dapat digunakan
sebagai sapi tenaga kerja, sebab tubuhnya tak mampu bergerak dengan bebas dan
tak mampu mengatur nafasnya karena penumpukan lemak yang berlebihan. Akhirnya
nilai ekonomisnya menurun.
Ada
lagi bila ditinjau dari kekurusannya, apabila sapi kekurusan mungkin disebabkan
oleh cacing atau bakteri lain. Sapi yang kekurusan tersebut bila ditinjau dari
sudut pandang ekonomisnya bahwa sapi ini bila dijual harganya pasti akan lebih
murah karena perototannya dan beratnya juga kurang sapi yang kurus bagi
pejantannya kurang bisa dijadikan bibit pejantan sebab hasilnya keturunannya
nanti kemungkinan besar akan kecil-kecil atau kurus.
Sumber Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi
(diakses pada tanggal 17 mei 2012)